SKENARIO
MATA KULIAH SIMULASI APOTEK
SWAMEDIKASI DISPEPSIA
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
Dalam menempuh mata kuliah Simulasi
Apotek
OLEH
Nunuk Windarti 11.080
AKADEMI
FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
Juni
2013
DISPEPSIA
A.
Pengertian
Dispepsia
Dispepsia
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak atau sakit perut dibagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. Definisi lain didpepsia adalah tiap bentuk rasa tidak enak baik
episodik maupun persisten yang diduga berasal dari saluran gastrointestinal,
khususnya bagian atas, Dispepsia merupakan suatu sindrom klinik yang bersifat
kronik.
B.
Macam –
Macam Dispepsia
Dispepsia terdiri atas :
1. Dispepsia
organik, yaitu terdapatnya kelainan organik sebagai penyebab dispepsia seperti
refluks gastroesofageal, tukak peptik dan karsinoma lambung.
2. Dispepsia
non organik atau dispepsia fungsional, atau disebut juga dispepsia non ulkus
(DNU).
Berdasarkan keluhannya dispepsia dibagi menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Dispepsia
tipe refluks, dimana keluhannya khas berupa rasa tidak enak dan terbakar
didaerah abdomen atas
2. Dispepsia
tipe dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), gejala dan keluhannya
berupa penumpukan gas, kembung, rasa penuh, cepat kenyang, mual dan muntah.
3. Dispepsia
tipe ulkus (ulcus-like dyspepsia), gejalanya menyerupai tukak peptik,
serangan nyeri hilang timbul
4. Dispepsia
Tipe aerofagia, keluhannya berupa kembung, bersendawa dan penderita tampak
sering melakukan gerakan menelan dan meneguk udara. Timbul keluhan paling
sering setelah makan.
5. Dispepsia
tipe idiopatik, gambarannya tidak khas seperti keempat tipe diatas.
C.
Penyebab
Dispepsia
1. Obat-obatan : Obat Anti
Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik (makrolides, metronidazole), Besi,
KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol), Kortikosteroid, Levodopa, Niacin,
Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine, Theophiline.
2. Makanan
a) Alergi pada
makanan tertentu seperti : buah – buahan yang mengandung asam, susu sapi, putih
telur, kacang, ikan laut, dll.
b) Non-alergi
seperti produk dari alam : laktosa, sucrosa, galactosa, gluten, kafein,
dll. bahan kimia : monosodium glutamate (vetsin), asam benzoat, nitrit,
nitrat, dll.
3. Kelainan
Struktural
Disebabkan
adanya kelainan atau adanya penyakit speerti : Penyakit esophagus,
penyakit gaster dan duodenum, penyakit saluran empedu, penyakit pancreas,
penyakit usus. Penyakit metabolik / sistemik seperti :Tuberculosis,
Gagal ginjal, Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar, Diabetes melitius ,
Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid, Ketidakseimbangan elektrolit,
Penyakit jantung kongestif, penyakit Jantung Iskemik, penyakit kolagen
D.
DIAGNOSIS
Berupa
pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, fungsi
thyroid dll, ddapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti endoskopi, CT
scan dan yang lainnya.
E.
TERAPI DISPEPSIA
1. Terapi
Farmakologi
a) Antasid
Antasid akan
menetralisir sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat didalam
antacid adalah Na Bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan
MG trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya jangan diberikan terus menerus,
sifatnya hanya sistematis untuk mengurangi rasa nyeri.
Antasid
mempunyai durasi yang singkat, membutuhkan pemberian berulang – ulang dalam
sehari untuk menghasilkan penetralan asam yang terus menerus. Pemberiannya
sesudah makan dan pada saat akan tidur.
b) Antagonis
reseptor H2
Ransangan
reseptor H2 akan memicu eksresi asam lambung, antagnis berfungsi dalam
menghambat proses ini. Contoh obatnya adalah : Ranitidin, Simetidin,
Famotidin dan Nizatidin ) biasanya diberikan dalam dosis standar 2 x sehari.
c) Penghambat
pompa proton
PPI
menghambat sekresi lambung dengan cara menghambat H + / K + ATPase
yang ada dalam sel parietal lambung yang menimbulkan efek anti sekresi yang
kuat dan tahan lama. PPI terurai dalam lingkungan asam oleh karena itu PPI
diformulasi dalam bentuk kapsul atau tablet lepas lambat. Contoh obatnya :
omeprazol, esomeprazol dan lansoprazol. Pasien disarankan untuk menggunakan PPI
oral pada pagi hari sekitar 15 – 30 menit sebelum sarapan untuk mencapai hasil
yang maksimal, karena obat ini hanya menghambat pompa proton yang diaktifkan.
d) Stimulan
Motilitas
Metoklopramida
dan domperidon bermanfaat untuk pengobatan dyspepsia non tukak. Kedua obat
tersebut bermanfaat untuk mengatasi mual dan muntah non spesifik.
e) Pelindung
Mukosa / Sitoprotektif
Sukralfat adalah garam aluminium dari
sucrose sulfat yang bekerja lokal pada T raiktus gastro
intestinal dan hamper tidak diabsorpsi, membentuk suatu rintangan
sitoprotektif pada sisi ulkus sehingga menahan degradasi oleh asam dan pepsin.
Sukralfate bekerja dengan 3 cara :
·
Membentuk suatu kompleks kimiawi pada sisi ulkus dan
menghasilkan suatu rintangan pelindung.
·
Menghambat kerja dari asam, pepsin dan empedu secara
langsung
·
Memblok diffusi asam lambung melintasi rintangan
mukosa.
2. Terapi Non –
Farmakologi
Modifikasi
gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin & NSAIDs lain,
bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan), menghindari stress, stop
merokok & alkohol,kafein (stimulan asam lambung), makanan dan minuman soda,
sebaiknya dihindari makan malam.
Ranitidin
·
Ranitidine 25 mg/mL injeksi (1 box
berisi 10 ampul @ 2 mL),
·
Ranitidine 150 mg tablet (1 box berisi
10 strip @ 10 tablet).
Farmakologi
Ranitidin
adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin
secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung.
Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 6–8 jam.
Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 6–8 jam.
Ranitidin
diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 2–3
jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyata
oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2 ½–3 jam pada pemberian oral, Ranitidin
diekskresi melalui urin.
Indikasi
·
Pengobatan jangka pendek tukak usus 12
jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis.
·
Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan
tukak usus 12 jari, tukak lambung.
·
Pengobatan keadaan hipersekresi
patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik).
·
Ranitidin injeksi diindikasikan untuk
pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau
ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif jangka
pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidin oral.
Dosis
1. Ranitidin
injeksi
·
Injeksi i.m. : 50 mg (tanpa pengenceran)
tiap 6 – 8 jam.
·
Injeksi i.v. : Intermittent
Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6 – 8 jam.
Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan NaCl 0,9% atau larutan injeksi i.v. lain
yang cocok sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL (total
volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4 mL/menit (dengan waktu 5
menit).
Intermittent infusion : 50 mg (2
mL) tiap 6 – 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan dekstrosa 5% atau
larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari
0,5 mg/mL (total volume 100 mL).
·
Kecepatan infus tidak lebih dari 5 – 7
mL/menit (dengan waktu 15 – 20 menit).
Infus
kontinyu : 150 mg Ranitidin diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan i.v.
lain yang cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam.
Untuk penderita sindrom Zollinger-Ellison atau hipersekretori lain, Ranitidin
injeksi harus diencerkan dengan larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain
yang cocok sehingga diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL. Kecepatan
infus dimulai 1 mg/kg BB/jam dan harus disesuaikan dengan keadaan penderita.
2. Ranitidin
oral
150
mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah makan malam
atau sebelum tidur, selama 4 – 8 minggu.
·
Tukak lambung aktif 150 mg 2 kali sehari
(pagi dan malam) selama 2 minggu.
·
Terapi pemeliharaan pada penyembuhan
tukak 12 jari dan tukak lambung Dewasa : 150 mg, malam hari sebelum tidur.
·
Keadaan hipersekresi patologis
(Zollinger - Ellison, mastositosis sistemik) Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari
dengan lama pengobatan ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala klinik yang
ada. Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing penderita.
Dosis hingga 6 g sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat.
·
Refluks gastroesofagitis Dewasa : 150
mg, 2 kali sehari.
·
Esofagitis erosif Dewasa : 150 mg, 4
kali sehari.
·
Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis
erosif Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari.
·
Dosis pada penderita gangguan fungsi
ginjal. Bila bersihan kreatinin < 50 mL / menit: 150 mg / 24 jam. Bila perlu
dosis dapat ditingkatkan secara hati-hati setiap 12 jam atau kurang tergantung
kondisi penderita. Hemodialisis menurunkan kadar Ranitidin yang terdistribusi.
Efek
Samping
1. Sakit
kepala
2. Susunan
saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo,
agitasi, depresi, halusinasi.
3. Kardiovaskular,
jarang dilaporkan : aritmia seperti takikardia, bradikardia, atrioventricular
block, premature ventricular beats.
4. Gastrointestinal
: konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut. Jarang dilaporkan :
pankreatitis.
5. Muskuloskeletal,
jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia.
6. Hematologik
: leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia (pada beberapa
penderita). Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia,
anemia aplastik pernah dilaporkan.
7. Lain-lain,
kasus hipersensitivitas yang jarang (contoh : bronkospasme, demam,
eosinofilia), anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam
kreatinin serum.
Peringatan
dan Perhatian
1. Umum
: pada penderita yang memberikan respon simptomatik terhadap Ranitidin, tidak
menghalangi timbulnya keganasan lambung.
2. Karena
Ranitidin dieksresi terutama melalui ginjal, dosis Ranitidine harus disesuaikan
pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
3. Hati-hati
pemberian pada gangguan fungsi hati karena Ranitidin di metabolisme di hati.
4. Hindarkan
pemberian pada penderita dengan riwayat porfiria akut.
5. Hati-hati
penggunaan pada wanita menyusui.
6. Khasiat
dan keamanan penggunaan pada anak-anak belum terbukti.
7. Waktu
penyembuhan dan efek samping pada usia lanjut tidak sama dengan penderita usia
dewasa.
8. Pemberian
pada wanita hamil hanya jika benar-benar sangat dibutuhkan.
Interaksi
Obat
1. Ranitidin
tidak menghambat kerja dari sitokrom P450 dalam hati.
2. Pemberian
bersama warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.
Penyimpanan:
1. Ranitidin
injeksi disimpan di tempat sejuk dan kering suhu 4–25 oC, terlindung
dari cahaya, harus dengan resep dokter.
2. Ranitidin
tablet disimpan di tempat kering, suhu 15–30 oC, terlindung dari
cahaya.
SKENARIO
SIMULASI APOTEK
(DISPEPSIA)
Di suatu sore hari yang
cerah di Apotek Putra Indonesia Malang saat Apotek tersebut sepi pembeli, masuklah
seorang mahasiswa kedalam Apotek itu. Mengetahui kedatangannya, senyum Asisten
Apoteker di Apotek itu seakan menyambut kedatangan mereka.
PASIEN :
Selamat sore mbak..
AA :
iya mbak, ada yang bisa saya bantu?
PASIEN :
gini mbak, saya mau beli obat. Tapi saya bingung mau beli obat apa.
AA :
oh, iya mbak. Gini aja, mending kita duduk dulu sebentar mbak, biar lebih enak ngomongnya. (kemudian mereka
berdua menuju ke tempat duduk yang ada di apotek itu). Silakan mbak, maaf
sebelumnya. nama mbak siapa dan umur berapa yah?
PASIEN :
iya mbak, nama saya Rina Waty umur 21 tahun. Gini mbak, saya ini mempunyai maag
yang berat sepertinya.
AA :
kok bisa loh mbak menyimpulkan seperti itu?
PASIEN :
iya mbak, lha wong saya punya maag itu dari satu bulan yang lalu sepertinya.
AA :
kok lama sekali sih mbak? Sudah di periksakan ke dokter?
PASIEN :
belum sihh, masalahnya maag saya ini kambuh-kambuhan itu loh mbak.
AA :
terus, bagaimana dengan pola makan mbak selama ini? Teratur nggak?
PASIEN :
saya selama sebulan terakhir ini, pola makan saya tidak teratur. Lha gimana
bisa teratur kalo perut saya ini sering merasa kenyang meskipun belum makan.
Jadi saya kebiasaan ngemil. Jadi kalo makan nasi itu kdang 2x sehari, malah
sering sehari sekali loh mbak.
AA :
ehmm,, gitu yahh. Perut mbak sering merasa kembung, rasa penuh, dan sering
bersendawa kadang sampai mual atau muntah juga, tidak?
PASIEN :
lahhh.. iya itu juga sering terjadi loh mbak, beberapa hari sekali kadang juga
ya gak menentu sih.
AA :
mbak juga sering ngonsumsi kaffein seperti kopi-kopian atau juga kurang tidur
yah? (sambil senyum)
PASIEN :
hehehee.. iya mbak. Hampir tiap hari saya minum kopi trus begadang juga. Kan
saya ini mahasiswa semester akhir mbak, jadi saya saat ini sedang mempersiapkan
skripsi saya.
AA : ohh,, jadi gitu ceritanya. Kalo dilihat dari
keluhan tersebut, mbak ini kena dispepsia.
PASIEN :
(memotong pembicaraan AA) apa itu mbak? Saya kira saya ini hanya terkena maag
saja.
AA : jadi gini, dispepsia itu merupakan suatu
kumpulan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit perut
dibagian atas atau ulu hati yang menetap atau mengalami kekambuhan. Juga
beberapa gejala yang sama seperti apa yang mbak keluhkan tadi itu.
PASIEN :
wahhh, jadi emang gak sama kayak penyakit maag yah?
AA :
tidak mbak, meskipun beberapa keluhan-keluhannya hampir sama satu sama lain.
Kan saya sudah bilang kalau dispepsia itu merupakan kumpulan gejala-gejala
klinis itu.
PASIEN :
jadi gitu ya mbak. Trus, obat apa dong mbak yang bisa saya konsumsi? Mbak, kalo
bisa jangan antasid yang biasanya saya konsumsi ya mbak. Soalnya, setelah saya
pakai itu dalam beberapa minggu ini saya kena diare loh. Dan juga,
keluhan-keluhan saya tadi itu belum bisa teratasi mbak.
AA :
ehmm,, kalau antasid emang bisa diberikan untuk
menetralisir Asam lambung tapi pemakaian
obat seperti ini hanya untuk waktu singkat, karena pada pemakaian terus menerus
& waktu lama bisa menyebabkan diare memang.
PASIEN :
jadinya saya harus mengkonsumsi apa ini mbak, enaknya?
AA :
mendingan mbak coba dulu golongan antagonis reseptor H2. Ranitidin aja
dulu yah.
PASIEN :
golongan apa itu mbak maksudnya?
AA :
antagonis
reseptor H2 ini berfungsi dalam penghambatan reseptor H2 yang akan menghambat
eksresi asam lambung.
PASIEN :
ya sudah mbak, saya mau nyoba itu dulu. Tapi mbak, ada yang generik gak? Budget saya takut nggak cukup ini. Hehehehe, maklum
mbak, anak kost kalau bulan tua gini kan gitu..
AA :
hehehehe,, mbak ini, saya juga dulu kan anak kost juga. Sama kayak mbak ini..
tenang ajah mbak, ada kok.
PASIEN :
oh, syukurlah kalau begitu. Mbak, kalau masalah pantangannya gimana? Maksud
saya kayak makanan, minuman dan yang lainnya itu loh.
AA :
kalau pantangan makanan dan minumannya itu semuanya hampir mirip sama penderita
maag. Mbak tau kan kalau tidak boleh banyak minum kopi? (sambil senyum pada
pasien tsb)
PASIEN :
hehehehe, tahu sih mbak. Iya deh, mulai saat ini saya akan mencoba dan berusaha
menjauhi larangan-larangan itu.
AA :
gitu dong.. Sebentar ya mbak. Saya ambilkan dulu obatnya tadi.
Beberapa menit
kemudian, asisten apoteker tersebut membawakan obat pada pasien yang telah
berkonsultasi tadi.
AA :
ini mbak obatnya. Ini diminum 2 x sehari yah. Sesudah makan. Terus, obat ini
disimpan di tempat kering dan terlindung dari cahaya loh mbak.
PASIEN :
ohh, iya mbak.
AA :
harganya Cuma Rp. 3.000 kok.
PASIEN :
iya dah mbak, sama insto-nya satu ya mbak. Punya saya dikost udah habis
soalnya.
AA :
iya saya ambilkan dulu ya.
PASIEN :
iya mbak.
Beberapa menit
kemudian, asisten apoteker tersebut membawakan obat pada pasien yang telah
berkonsultasi tadi.
PASIEN :
ini insto-nya. Jadi totalnya Rp. 12.000
AA :
iya ini uangya pas ya mbak. (sambil mengambil uang dalam dompetnya dan
menyerahkan ke AA tsb)
PASIEN : ya udah mbak, saya pulang dulu ya mbak.. terima kasih
banyak atas semua informasinya tadi.
AA :
iya mbak sama – sama. Oh iya mbak, jangan lupa kalau masih ada keluhan –keluhan
seperi itu tadi, segera konsultasikan dengan dokter aja ya mbak.
IBU :
iya mbak.. makasih.. (sambil meninggalkan Apotek Putra Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar